Senin, 30 Agustus 2010

EKOSISTEM


EKOSISTEM


A.    PENDAHULUAN
   Ekosistem menunjukkan adanya saling interaksi dan ketergantungan antara makhluk hidup (komponen biotik) dengan lingkungannya (komponen abiotik). Komponen abiotik mencakup individu, populasi, dan komunitas makhluk hidup. Faktor abiotik antara lain suhu, sinar matahari, air, tanah angin, ketinggian, dan garis lintang. Cabang biologi yang mepelajari seluk beluk ekosistem adalah ekologi.
       Pola-pola interaksi dalam ekosistem melibatkan faktor biotik dan abiotik melalui rantai makanan, aliran energi, dan daur biogeokimia yang berlangsung pada tingkat individu, populasi, dan komunitas.
       Aliran energi merupakan rangkaian urutan pemindahan bentuk energi satu kebentuk energi lain, dimulai dari sinar matahari, produsen, konsumen primer sampai konsumen tingkat tinggi hingga ke detritivor, dan dekomposer. Pemindahan dan perubahan energi berlangsung di dalam rantai makanan atau jaring-jaring makanan.
       Daur beokimia adalah daur unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke abiotik. Daur biogeokimia antara lain daur karbon, nitrogen, sulfur dan forsfor.
       Proses alami serta kegiatan manusia dapat mengubah keseimbangan alam. Kerusakan lingkungan dapat menurunkan kualitas lingkungan. Pencemaran lingkungan atau polusi disebabkan oleh bahan pencemar (polutan) yang berasal dari berbagai sumber. Menurut  sumbernya, polutan dapat berasal dari  buangan limbah industri, sampah organik, limbah rumah tangga, limbah pertanian, dan limbah reaktor nuklir. Menurut tempatnya, polusi dapat digolongkan menjadi polusi udara, tanah, air dan suara. Menurut jenisnya bahan pencemaran dibedakan menjadi pencemaran kimiawi, biologi, dan fisik.
       Limbah merupakan sumber daya alam yang telah kehilangan fungsinya dan berpotensi menjadi polutan. Penanganan limbah antara lain pemanfaatan kembali, daur ulang, dan penimbunan atau pembakaran.

B.    KOMPONEN PENYUSUN EKOSISTEM
1.    Berdasarkan Sifatnya
a.    Faktor Biotik
     Faktor biotik adalah faktor yang meliputi semua makhluk hidup di bumi. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer (pengurai). Faktor biotik juga meliputi tingkat organisasi didalam ekologi yang meliputi :
1)    Individu
     Individu merupakan organisme tunggal, misalnya seekor tikus, seekor kucing, sebatang pohon jambu, sebatang pohon kelapa, dan seorang manusia. Dalam mempertahankan hidup setiap individu dihadapkan pada masalah penting. Untuk mengatasi masalah tersebut harus memiliki struktur khusus, misalnya duri, sayap, kantong atau tanduk.
a)    Adaptasi morfologi
          Adaptasi morfologi merupakan penyesuaian bentuk tubuh untuk kelangsungan hidupnya. Adaptasi morfologi antara lain sebagai berikut :
(1)  Gigi-gigi khusus
     Gigi hewan karnivor atau pemakan daging beradaptasi menjadi empat gigi taring besar dan runcing untuk menangkap mangsa.
(2)  Moncong
     Hewan pemangsa semut (anteater) adalah hewan menyusui yang hidup di hutan Amerika tengah dan Selatan. Hewan ini mempunyai moncong panjang, lidah panjang dan  bergetah yang dapat dijulurkan jauh keluar mulut untuk menangkap serangga.
(3)  Paruh
     Paruh burung finch memiliki bentuk bervariasi sesuai dengan jenis makanannya.
(4)  Daun khusus pada tumbuhan
     Tumbuhan penangkap serangga, misalnya tumbuhan penangkap lalat (venus flytrap), memiliki daun berhelai ganda dengan tepi bergigi.
(5)  Akar
     Tumbuhan gurun memiliki akar kuat dan panjang yang berfungsi untuk menyerap air yang terdapat jauh di dalam tanah.
b)    Adaptasi fisiologi
     Adaptasi fisiologi merupakan penyesuaian fungsi fisiologi tubuh untuk mempertahankan hidupnya. Contohnya sebagai berikut :
(1)  Kelenjar bau
     Musang dapat mensekresikan bau busuk dengan cara menyemprotkan cairan melalui sisi lubang dubur, berfungsi untuk menghindarkan diri dari musuhnya.
(2)  Kantong tinta
     Cumi-cumi dan gurita memiliki kantong tinta yang berisi cairan hitam. Jika musuh datang, tinta disemprotkan ke dalam air sekitarnya sehingga musuh tidak dapat melihat kedudukan cumi-cumi dan gurita.
(3)  Perubahan warna pada kadal
     Kulit kadal dapat berubah warna karena pigmen yang dikandungnya. Perubahan warna ini dipengaruhi oleh faktor berupa hormon dan faktor luar berupa suhu serta keadaan sekitarnya.
c)    Adaptasi perilaku
     Adaptasi perilaku merupakan adaptasi yangb didasarkan pada perilaku. Contohnya sebagai berikut :
(1)  Pura-pura tidur atau mati
     Beberapa hewan berpura-pura tidur atau mati, misalnya tupai Virginia. Hewan ini sering berbaring dengan mata tertutup jika didekati seekor anjing.
(2)  Migrasi
     Ikan salem raja di Amerika Utara melakukan migrasi untuk mencari tempat yag sesuai untuk bertelur. Ikan ini hidup di laut. Setiap tahun, ikan salem dewasa yang berumur 4 – 7 tahun berkumpul di teluk di sepanjang Pantai Barat Amerika Utara untuk menuju ke sungai.
2)    Populasi
     Populasi merupakan kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan waktu tertentu. Misalnya, populasi pohon kelapa di Kelurahan Tegakan pada tahun 2005 berjumlah 2.552 batang.
     Perubahan ukuran dalam populasi disebut dinamika populasi. Dinamika populasi dapat disebabkan oleh manusia atau karena kejadian alam, misalnya bencana alam, kebakaran, serangan penyakit, atau penebangan hutan.
     Populasi mempunyai karakteristik yang khas, antara lain kepadatan (densitas, laju kelahiran (natalitas), laju kematian (mortalitas), potensi biotik, sebaran umur dan pertumbuhan. Natalitas dan mortalitas merupakan penentu utama pertumbuhan populasi.
     Dinamika populasi dapat juga disebabkan oleh imigrasi dan emigrasi. Imigrasi adalah perpindahan satu atau lebih organisme ke daerah yang didatangi. Emigrasi adalah peristiwa perginya satu atau lebih organisme dari suatu daerah sehingga populasi organisme di daerah tersebut akan menurun.
3)    Komunitas
      Komunitas dalah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
     Tempat hidup hewan atau tumbuhan disebut habitat. Ahli ekologi Charles Elton menggambarkan relung ekologis sebagai kedudukan fungsional suatu organisme dalam komunitasnya.

b.    Faktor Abiotik
      Faktor abiotik adalah faktor yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor fisik utama yang mempengaruhi ekosistem adalah sebagai berikut :
1)    Suhu
     Suhu merupakan salah satu syarat yang diperlukan organisme untuk hidup, karena ada jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu.
2)    Sinar matahari
     Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu lingkungan.
3)    Air
     Air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkembangan, dan penyebaran biji. Bagi hewan dan manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup lain.
4)    Tanah
     Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda.
5)    Ketinggian
     Ketinggian tempat menentukan jenis organisme yang hdiup di suatu tempat. Hal itu karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda.
6)    Angin
     Angin  selain berperan dalam menentukan kelembaban, juga berperan dalam penyebaran biji tumbuhan tertentu.
7)    Garis lintang
     Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pula.

2.    Berdasarkan fungsinya
a.    Produsen
     Organisme yang bersifat autotrof (auto = sendiri dan trophikos = makanan) adalah organisme yang mampu menyediakan makanan sendiri.
b.    Konsumen
      Organisme yang bersifat heterotrof (heteros = berbeda, trophikos = makanan) merupakan organisme yang memanfaatkan bahan organik yang terdapat pada organisme lain sebagai makanannya.
c.    Pengurai (Dekomposer)
     Pengurai atau dekomposer adalah organisme heterotrof yang menguraiakn bahan organik yang berasal dari organisme mati (bahan organik kompleks).
d.    Detritivor
     Detritivor adalah organisme heterotrof yang memanfaatkan serpihan organik padat (detritus) sebagai sumber makanan.
C.    INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM
1.    Interaksi Antarorganisme
       Makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain, baik yang b erspesies sama maupun yang berbeda spesies.
a.    Netral
      Hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan. Contohnya adalah anatar capung dan sapi.
b.    Predasi
     Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator) hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya predator juga berfungsi pengontrol populasi mangsa. Contohnya Beruang dengan ikan salem.
c.    Parasitisme
     Parasitisme adalah hubungan antar organanisme yang berbeda spesies. Contohnya Plasmodium dengan manusia, Taenia saginata dengan sapi dan benalu dengan pohon inang.
d.    Komensalisme
     Komensalisme merupakan hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies dimana salah satu spesies diuntungkan sedangkan spesies lainnya tidak dirugikan / diuntungkan. Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya.
e.    Mutualisme
     Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contohnya bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-kacangan.

2.    Interaksi Antarpopulasi
Dalam suatu komunitas, antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu berinteraksi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya interaksi antarpopulasi adalah alelopati.
Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, jika populasi yang satu  menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, rumput teki menghalangi tumbuhnya rumput lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksin.

3.    Interaksi Antarkomunitas
Komunitas adalah kumpulan populasi yang berada di suatu daerah yang sama dan saling beribteraksi. Contoh komunitas adalah sawah dan sungai. Interaksi antarkomunitas cukup kompleks karena tidak hanya melibatkan organisme, tetapi juga aliran energi dan makanan.

4.    Interaksi antara Komponen Biotik dengan Abiotik
Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu. Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat mempertahankan keseimbangannya.

D.   ALIRAN ENERGI DAN DAUR BIOGEOKIMIA
Didalam ekosistem terjadi aliran energi dan daur biogeokimia yang melibatkan faktor biotik dan abiotik.
1.    Aliran Energi
      Aliran energi merupakan rangkaian urutan pemindahan bentuk energi satu ke bentuk energi yang lain dimulai dari sinar matahari lalu ke produsen, ke konsumen primer, ke konsumen tingkat tinggi sampai ke saproba.
a.    Rantai Makanan
     Para ilmuwan ekologi mengenal tiga macam rantai pokok, yaitu rantai pemangsa, rantai parasit, dan rantai saprofit.
1)    Rantai pemangsa
     Dalam rantai pemangsa, landasan utamanya adalah tumbuhan hijau sebagai produsen. Rantai pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat herbivor sebagai konsumen I, dilanjutkan dengan hewan karnivor yang memangsa herbivor sebagai konsumen II, dan berakhir pada hewan pemangsa karnivor maupun herbivor sebagai konsumen III atau IV. (Gambar Rantai Makanan)

KEANEKARAGAMAN HAYATI INDONESIA


KEANEKARAGAMAN HAYATI DI INDONESIA

Keanekaragaman hayati di Indonesia dapat dibedakan berdasarkan karakteristik wilayah dan persebaran organisme

              1.    Berdasarkan Karakteristik wilayah
Secara astronomis, Indonesia terletak di antara 6oLu-11oLS dan 95o-141oBT. Artinya, Indonesia terletak di daerah iklim tropis (daerah tropis terletak di antara 23½ o LU dan 23½ o LS). Ciri ciri daerah tropis antara lain temperaturnya cukup tinggi (26o-28oC), curah hujan cukup banyak (700-7.000 mm/tahun), dan tanahnya subur karena proses pelapukan batuan cukup cepat.
Dilihat secara geografis, Indonesia terletak pada pertemuan dua rangkaian pegunungan muda, yakni sirkum Pasifik dan sirkum Meditrania. Ini menyebabkan Indonesia memiliki banyak gunung berapi. Hal tersebut menyebabkan tanah menjadi subur.
Keadaan lingkungan abiotik yang sangat bervariasi membuat Indonesia kaya akan hewan dan tumbuhan. Indonesia memiliki 10% dari seluruh spesies tanaman yang ada di dunia, 12% spesies mamalia, 16% spesies reptile dan amfibi, serta 17% spesies burung dunia. Sejumlah spesies tersebut bersifat endemik, yaitu hanya terdapat di Indonesia dan tidak ditemukan di tempat lain. Contohnya sebagai berikut:
a.       burung cendrawasi di papua
b.      burung maleo di Sulawesi
c.       komodo di pulau komodo
d.      anoa di Sulawesi
e.       refflesia arnoldii terdapat di pulau Sumatra dan penyebarannya di sepanjang Bukit Barisan dari Aceh sampai Lampung
f.       bunga bangkai (Amorphophallus sp) merupakan flora langka khas Indonesia. Lihat Gambar 6.4.
Selain spesies endemik, Indonesia juga kaya akan flora fauna yang bernilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan, misalnya sebagai berikut:
a.       bermacam-macam varietas durian (Durio zibethius), antara lain durian petruk dari Randusari Jepara, durian sitokong dari Raguna, durian sunan dari Boyolali, dan durian simas dari Bogor
b.      kedondong (Spondias cythrerea), misalnya kedondong karimunjawa berasal dari Karimunjawa.
c.       salak (Salacca edulis), misalnya salak pondoh, Jogyakarta, dan salak bajalen dari Ambarawa.

              2.    Berdasarkan Persebaran Organisme
persebaran organisme di muka bumi dipelajari dalam cabang biologi yang disebut biogerafi.
Studi tenyang penyebaran spesies menunjukkan bahwa spesies-spesies berasal dari satu tempat, namun selanjutnya menyebar ke berbagi daerah. Organisme tersebut kemudian mengalami diferensiasi menjadi subspecies dan spesies baru yang cocok terhadap daerah yang ditempatinya.
Penghalang (barier) geografi seperti gunung yang tinggi, gurun pasir, sungai, dan lautan membatasi penyebaran dan kompetisi dari suatu spesies (isolasi geografi). Adanya isolasi geografi juga menyebabkan perbedaan susunan flora dan fauna di berbagai temoat.
Menurut Alfred Russell Wallace, berdasarkan adanya persamaan fauna didaerah-daerah tertentu dibumi, maka dapat dibedakan 6 daerah biografi dunia, yaitu sebagai berikut:
a.       Nearktik: Amerika Utara
b.      Palearktik: Asia sebelah utara himalaya, Eropa dan Afrika, Gurun Sahara sebela utara.
c.       Neotropikal: Amerika selatan bagian tengah
d.      Oriental: Asia, Himalaya bagian selatan
e.       Ethopia: Afrika
f.       Australia: Australia dan pulau-pulau sekitarnya
Fauna di Indonesia mencerminkan posisinya di antara Benua Asia (Oriental) dan benua Australia.
Di antara papran sunda dan wilayah laut dalam redapat batas flora fauna Asia. Artinya, flora Asia hanya menyebar sampai batas tersebut. Batas ini disebut garis Wallace.
Diantara paparan sahul dan laut dalam di bagian tengah juga terdapat batas flora fauna Australia menyebar hanya sampai batas ini, Yaitu garis Weber.
Kepulauan Indonesia merupakan tempat kedua daerah biogerafi bertemu, yaitu kawasan Oriental yang amat kaya akan binatang mamalia dan kawasan Australia yang paling miskin akan binatang mamalia. Wallace memperhatikan sejumlah perbedaan pada flora dan faunanya. Ia berhasil menarik garis pada peta sedemikian rupa sehingga memisahkan kelompok kehidupan satu sama lain.
Jika dilihat secara sekilas, hanya ada sedikit perbedaan antara gugusan pualu yang dipisahkan oleh garis Wallece. Sebenarnya, deretan pulau tersebut merupakan dua kawasan yang terpisah secara fisik sekitar 80 juta tahun yang lalu karena terjadi pergeseran pada kerak bumi. Garis Wallece memisahkan mulai dari sebelah tenggara kepulauan Filipina, melewati antara pulau Mindanau dan Sangihe, terus keselatan di antara Kalimantan dan Sulawesi, termasuk Samudra Indonesia antara Bali dan Lombok.
Paparan Sunda dan Paparan sahul terjadi pada akhir masa Pleistosen. pada masa itu, terjadi perubahan permukaan air laut di seluruh dunia, karena mencairnya lapisan es dan gletser. Permukaan air laut kurang 150 meter. Akibatnya Indonesia Barat, daratan sunda tengelam, dan hanya bagian bagian yang tertinggi dari lipatan yang tertinggal sebagai kepulauan. Bagian yang sekarang berbatasan dengan Malasia, Sumatra, Kalimantan Barat, Kalimantan selatan, dan Jawa Utara. Di bagian Timur, yaitu daratan sahul, juga tenggelam.

Papua terpisah dari Australia dan terbentuk laut Arafuru. Daerah-daerah yang tinggi membentuk pulau-pulau seperti Kepulauan Aru, dan daerah kepala burung(Papua).
Sesuai dengan garis Wallace, persebaran fauna di Indonesia terbagi menjadi wilayah barat (oriental) dan timur (Australia) yang masing-masing ditandai oleh fauna yang khas, Sementara itu, menurut garis Weber, di antara wilayah barat dan timur, atau antara Ortiental dan Australia, terdapat zona peraliahan. Lihat Gambar 6.5.
a.       Persebaran Fauna di wilayah Indonesia Barat (Oriental)
Bagian barat wilayah Indonesia yang termasuk paparan sunda memiliki fauna tipe Oriental, Contohnya berbagai jenis kera, gajah, hariamu, tapir, badak, kerbau liar, babi hutan, serta rusa.
1)      Sumatra memiliki hewan-hewan khas seperti gajah, tapir, badak bercula dua, hariamu, siamang dan orang hutan.
2)      Jawa memiliki badak bercula satu, hariamu, dan banteng.
3)      Kalimantan memiliki badak bercula dua, macan tutul, orang utan, kera berhidung panjang, dan beruang madu.
b.      Persebaran Fauna di wilayah Indonesia Timur (Australia)
Bagian timur  wilayah Indonesia di tempati fauan tipe Australia yang terdiri atas burung-burung dengan warna-warna mencolok misalnya kasuari, nuri, parkit, cendrawasi, dan merpati berjambul; serta beberapa jenis hewan berkantong, misalnya kanguru wallbi dan kanguru pohon. Di bagian tengah, misalnya Sulawesi, terdapat hewan yang khas yaitu anoa, dan di pulau Komodo terdapat Komodo.

c.       Zona peralihan antara Oriental dan Australia
Kalau kita menuju ke timr dari garis Wallace, jumlah hewan kawasan Oriental menyusut secara mencolok. Sebaliknya, menuju barat, jumlah hewan kawasan Australia menurun dengan jelas. Beberapa jenis marsupilia (mamalia berkantong) tipe Australia telah memasuki daerah Wallace, buung pelatuk Oriental telah terbang dari Bali lewat pulau-pulau sampai sedikit ke timur dari garis Wallace. Hewan Oriental seperti burung hantu, bajing, dan babi yang melintas Wallace ke timur saampai Sulawesi mungkin telah dibawa orang Melanisia sebagai makanan dan hewan piaraan.
Pada banyak kasus, garis Wallace sama sekali belum enjadi kabur. Jarak garis itu dari Bali dan dari lombok hanya 25 kilometer, tetapi perbedaan faunanya sungguh mengagumkan. Bali dan kawasan Oriental, telah dicapai oleh bajing dan harimau dari Asia. Akan tetapi, kedua hewan ini tidak menyebar  ke timur lebih jauh. Sebaliknya, lombok mmepunyai burung pemakan madu dari Australia yang tidak dikenal diBali. Di tempat lain sepanjang garis itu, opossum berbulu dari Australia terdapat di Sulawesi, tetapi tidak menyeberang ke Kalmantan yang jaraknya hanya beberapa kilometer. Burung kakatua, dari daerah Australia, menyebar ke barat tepat sampai pada garis Wallace, tetapi tidak melintasinya.
Menurut Weber, bagian kepulauan Indonesia tersebut di atas merupakan daerah peralihan bertahap antara kawasan Australia dan Oriental. Daerah yang merupakan tempat peralihan yang mencolok adalah Sulawesi.
d.      Flora Malesiana   
Lingkungan terrestrial cenderung berubah dalam suatu pola karakteristik dari utara ke selatan, karena letak garis lintang dari bukit ke puncak gunung. Perubahan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, sehingga pada akhirnya terbentuk zona tertentu membentuk bioma.
Bioma dapat diartikan sebagai macam komunitas utama yang terdapat pada suatu daerah yang dapat dikenal berdasarkan fisiognomi (penampakan). Faktor utama yang menenentukan pembagian bioma adalah ketinggian suatu tempat.
Garis perbatasan atau pemisah antara dua bioma, walaupun tidak jelas, disebut ekoton. Ekoton ditempati oleh tumbuhan dan hewan yang khas. Bioma-bioma umumnya ditentukan oleh vegetasi atau tumbuhan yang dominan. Hal ini cenderung mencerminkan iklim yang umum dari area tersebut. Ada berbagai bioma di dunia, yaitu gurun, padang rumput, hutan hujan tropis, hutan gugur, dan sabana.
1)               Gurun (padang pasir): bioma ini terdapat di Afrika, Amerika, Australia dan cina.
2)               Padang rumput: bioma ini terbantang dari daerah tropis hingga subtropis, misalnya di Amerika.
3)               Hutan hujan tropis: terdapat di daerah tropis dan subtropics, mislanya di Amerika selatan (Brasil), Asia (termsuk Indonesia), dan Afrika.
4)               Hutan gugur (deciduous forest): merupakan bioma yang khas di daerah beriklim sedang.
5)               Sabana: terdapat di kedua khatulistiwa, berkembang dengan lebih baik di Afrika dan Amerika selatan. Sabana terdapat juga di India, Asia Selatan, Australia Selatan, Australia, dan Indonesia (di Irian, NTT, dan NTB)
Indonesia mempunyai 2 di antara 5 bioma tersebut di atas, yaitu bioma hutan hujan tropis dan bioma sabana. bioma hutan hujan tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhan sangat tinggi adalah Malesiana.
Flora Malesiana maneliputi tumbuh-tumbuhan yang terdapat diwilayah Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, dan Kepulauan Solomon. Karena keanekaragamannya, tinggi maka dapat dikatakan bahwa flora malesiana merupakan sumber plasma nutfah.
Pada umumnya hutan-hutan di Indonesia didominasi oleh tumbuhan dari famili Dipterocarpaceae (tumbuhan berbiji bersayap), di antara meranti (Shorea sp). Meranti terdapat di hutan Kalimantan, Sumatra, Jawa, Sulawesi, Brunai, Malysia, dan pulau lainnya. Meranti dimanfaatkan kayunya untuk bahan bangunan.
Tumbuhan khas Malesiana yang terkenal adalah Rafflesia arnoldii. Parasit ini hidup melekat pada akar atau batang tumbuhan pemanjat Tetrastigma. Penyebaran Rafflesia meliputi Sumtra ( Aceh, Bengkulu), Malaysia, Kalimantan, dan Jawa. Di daerah ini juga terdapat 30 jenis palem termasuk di antaranya salak liar (Sallaca sp). Akan tetapi, salah telah terdistribusi ke seluruh pelosok Malesiana.
Di Papua ditemukan pohon buah khas yang disebut matoa (Pometia pinnata). Matoa memiliki perpaduan rasa buah durian dan rambutan. Buah matoa berangkai seperti anggur, berbentuk bulat kecil, dan berkulit tipis (Sharp 1994, Whitten % 1994;Slomon et al.2005)   


PLANTAE


KINGDOM PLANTAE
(DUNIA TUMBUHAN)

A.              PENDAHULUAN
Kingdom Plantae meliputi organisme multiseluler yang telah terdiferensiasi, eukariotik dan sel-selnya memiliki dinding sel selulosa. Hampir seluruh anggota Plantae selnya memiliki klorofil sehingga bersifat autotrof atau dapat menyusun makanan sendiri. Yang termasuk Plantae adalah lumut, tumbuhan Paku, dan tumbuhan biji.
Lumut, tumbuhan paku, dan tumbuhan biji umumnya termasuk tumbuhan darat. Mereka mempunyai berbagai masalah, yaitu menyangga berat tubuhnya sendiri, melindungi jaringan tubuh dan alat reproduksi dari kekeringan, mendapatkan air dan makanan dari tanah, serta mentransportasikannya ke daun dan bagian lainnya. Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut, tumbuhan darat memerlukan struktur tubuh dan fisiologi yang lebih kompleks dibandingkan dengan tumbuhan air.
Berikut ini akan kita bahas satu per satu, yaitu Tumbuhan lumut, tumbuhan paku, dan tumbuhan biji.
B.             TUMBUHAN LUMUT (BRYOPHYTA)
Lumut termasuk divisi Bryophyta. Bryophyta berasal dari bahasa Yunani bryon yang berarti “tumbuhan lumut”. Pada umumnya lumut berwarna hijau, karena mempunyai sel-sel dengan plastida yang menghasilkan klorofil a dan b, dengan demikian lumut bersifat autotrof. Tubuh lumut dapat dibedakan antara sporofit dan gametofitnya.
Lumut merupakan peralihan antara tumbuhan bertalus dengan tumbuhan berkormus. Ada ahli botani yang menganggap lumut merupakan perkembangan dari ganggang hijau yang berbentuk filamen.
Lumut melakukan dua adaptasi yang memungkinkannya untuk tumbuh di tanah, yaitu pertama tubuhnya diselubungi oleh kutikula lilin sehingga dapat mengurangi penguapan dari tubuhnya. Kedua, gamet-gametnya berkembang di dalam gametangia sehingga zigot hasil fertilisasinya berkembang di dalam jaket pelindung.
Oleh karena lumut belum mempunyai jaringan pengangkut, maka air masuk ke tubuh lumut secara imbibisi. Setelah air masuk ke tubuh lumut kemudian didistribusikan ke bagian-bagian tumbuhan baik secara difusi, dengan daya kapilaritas, maupun aliran sitoplasma. Sistem pengangkutan air seperti itu menyebabkan lumut hanya dapat hidup di rawa dan tempat-tempat teduh. Lumut tidak pernah berukuran tinggi dan besar, kebanyakan tingginya kurang dari 20 cm.

1.   Ciri-ciri Tubuh
Ciri-ciri tubuh lumut adalah sebagai berikut :
a.    Sel-sel penyusun tubuhnya telah memiliki dinding sel yang terdiri dari selulosa
b.    Pada semua tumbuhan yang tergolong lumut terdapat persamaan bentuk susunan gametangiumnya (anteredium maupun arkegoniumnya) terutama susunan arkegoniumnya. Arkegoniumnya mempunyai susunan khas yang juga kita jumpai pada tumbuhan paku (pteridophyta). Oleh sebab itu bryophyta dan pteridophyta disebut pula arkegoniata
c.    Batang dan daun pada tumbuhan lumut yang tegak memiliki susunan yang berbeda-beda. Jika batangnya dilihat secara melintang tampak  bagian-bagian  sebagai berikut :
1.    selapis sel kulit, beberapa sel di antaranya memanjang membentuk rizoid-rizoid epidermis.
2.    lapisan kulit dalam yang tersusun atas beberapa lapisan sel dinamakan korteks
3.    silinder pusat, terdiri dari sel-sel parenkimatik yang memanjang dan berguna untuk mengangkut air dan garam-garam mineral (makanan)
d.    Daun lumut umumnya setebal satu lapis sel, kecuali ibu tulang daun, lebih dari satu lapis sel. Sel-sel daun kecil, sempit, panjang, dan mengandung kloroplas yang tersusun seperti jala. Di antaranya terdapat sel-sel mati yang besar dengan penebalan dinding dalamnya berbentuk spiral. Sel-sel yang mati ini berguna sebagai tempat persediaan air dan cadangan makanan.
e.    Pada tumbuhan lumut hanya terdapat pertumbuhan memanjang dan tidak ada pertumbuhan membesar. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh sengan sebuah sel pemula di puncaknya. Sel pemula ini biasanya berbentuk bidang empat (tetrader = kerucut terbalik) dan membentuk sel-sel baru ke tiga arah menurut sisinya. Ukuran lumut yang terbatas mungkin disebabkan tidak adanya sel berdinding sekunder yang berfungsi sebagai jaringan penyokong seperti pada tumbuhan berpembuluh.
f.     Rizoid tampak seperti rambut/benang-benang, berfungsi sebagai akar untuk melekat pada tempat tumbuhnya dan menyerap air serta garam-garam mineral (makanan). Rizoid terdiri dari satu deret sel yang memanjang, kadang-kadang dengan sekat yang tidak sempurna.
g.    Struktur sporofit (sporogonium) tubuh lumut terdiri atas :
1.    Vaginula, yaitu kaki yang diselubungi sisa dinding arkegonium.
2.    Seta atau tangkai
3.    Apofisis, yaitu ujung seta yang agak melebar yang merupakan peralihan antara seta dengan kotak spora
4.    Kaliptra atau tudung berasal dari dinding arkegonium sebelah atas menjadi tudung kotak spora
5.    Kolumela, jaringan yang tidak ikut mengambil bagian dalam pembentukan spora.
Sporofit tumbuh pada gametofit yang hijau menyerupai daun. Sporofit memiliki klorofil sehingga dapat berfotosintetis, tetapi juga mendapatkan makanan dari gametofit tempatnya melekat. Meiosis terjadi dalam kapsul matang pada sporofit, menghasilkan spora haploid. Spora lumut terbungkus dinding khusus yang tahan terhadap perusakan alam. Spora dapat bertahan lama dalam keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan. Gametofit berbentuk seperti daun dan dibagian bawahnya terdapat rizoid sebagai pengganti akar. Jika sporofit sedang tidak memproduksi spora, gametofit akan membentuk anteredium dan arkegonium untuk melakukan reproduksi seksual.
2.   Reproduksi
Reproduksi lumut bergantian antara seksual dan aseksualnya. Reproduksi aseksualnya dengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit, sedangkan reproduksi seksualnya dengan membentuk gamet-gamet, baik gamet jantan maupun gamet betina yang dibentuk dalam gametofit. Ada 2 macam gametangium, yaitu sebagai berikut :
a). Arkegonium adalah gametangium betina yang bentuknya seperti botol dengan bagian lebar yang disebut perut, bagian yang sempit disebut leher. Keduanya mempunyai dinding yang tersusun atas selapis sel. Di atas perut terdapat saluran leher dan satu sel induk yang besar; sel ini membelah menghasilkan sel telur.
b). Anteredium adalah gametangium jantan yang berbentuk bulat seperti gada. Dinding anteredium terdiri dari selapis sel-sel yang mandul dan di dalamnya terdapat sejumlah besar sel induk spermatozoid. Sel induk ini membelah secara meiosis dan menghasilkan spermatozoid-spermatozoid yang bentuknya seperti spiral pendek; sebagian besar terdiri dari inti dan bagian depannya terdapat dua bulu cambuk.
Reproduksi aseksual dan seksual berlangsung secara bergantian melalui suatu pergiliran keturunan yang disebut metagenesis. Metagenesis berlangsung seperti seperti pada skema di bawah ini :